Kepada Kawan-kawan API


Salam

Terima kasih telah memberikan kami kesempatan menyampaikan pesan-pesan solidaritas dalam kongres Anda.

Pesan Solidaritas untuk API

Kami ingin memberi selamat kepada Api yang berhasil memperkenalkan perlawanan dan perjuangan melawan liberalisasi pertanian dan membuat basis petani untuk mengembangkan pemikiran alternatif. Upaya API membebaskan para petani dari eksploitasi sangat mendesak dan dibutuhkan dalam rentang waktu sejarah ini.

Perlawanan petani sangat penting untuk pengembangan kemanusiaan dan pembangunan yang otentik. Hal ini menjadi kebutuhan genting jutaan manusia di dunia. Sekelompok petani kecil dan terpinggirkan, buruh tani tanpa lahan dan petani perempuan di dalamnya, terus menerus menjadi kelompok sering dieksploitasi di dunia. Situasi penindasan dan krisis mereka tidaklah baru…. dan tidak juga berkembang. Dikutuk oleh kesengsaraan dan penghinaan, petani kecil dan tanpa lahan hanya punya sedikit harapan yang dapat diandalkan, demi memastikan keberlangsungan hidup, kecuali bergabung dalam barisan besar pekerja urban yang datang ke kota-kota modern nan menghimpit.

Kelompok-kelompok petani ini hidup di daerah negara berkembang yang telah lama menganggap pertanian sebagai “anak tiri”, atau jika seseorang mengerti pandangan historisnya, tak pernah memiliki kesempatan untuk menurunkannya ke generasi yang lebih muda. Dengan gempuran globalisasi ekonomi yang neoliberal situasi petani kian memburuk. Kurang lebih 25 tahun, peran negara mendukung pertanian makin mengecil mengabaikan potensi pertanian itu sendiri di banyak negara-negara berkembang. Bahkan di banyak bagian tempat mereka tinggal, mereka menyaksikan keuntungan revolusi pertanian di beberapa belahan dunia seperti Asia Timur, Amerika Latin, India dan Pakistan, petani kecil tak pernah memiliki akses dan menjadi bagian dalam perubahan pertanian. Sebagian besar wilayah pertanian Afrika kerap dianaktirikan dan terus menderita keputusasaan dalam fase perkembangan pasca kolonial.

Upaya petani untuk memperbaharui diri mereka dengan bekerja keras juga telah ditolak. Harga pangan internasional masih terlalu rendah bagi petani di negara berkembang demi menghidupi diri mereka sendiri, menabung untuk produksi, memperbaharui diri mereka, dan membantu pengembangan diri mereka. Kecewa pada harga komoditi pertanian, seperti kita tahu adalah akibat dari surplus produksi di beberapa daerah yang sering dibantu pemerintah dalam pengembangannya. Hanya dengan subsidi penuh pertanian di negara Utara mampu memproduksi pangan dengan harga rendah dan mengambil untung dari perdagangan bebas untuk mengekspor ke luar negeri. Ini adalah penting untuk menekankan bahwa perdagangan pertanian internasional cenderung berhubungan dengan harga terendah yang ditawarkan eksportir dari produk yang surplus.

Kita telah melihat bagaimana harga rendah membawa kepada bencana kelaparan dan kemiskinan – menyingkirkan jutaan petani dari pertanian, selagi membawa ketidakmampuan mengonsumsi dan menggunakan sumber daya pertanian dimana para petani tinggal. Indonesia tidaklah asing dengan bencana seperti itu selama krisis hingga kini.

Kita pun telah menyaksikan bagaimana kontrol terhadap pengetahuan dan teknologi telah bergeser menjauhi petani dari keuntungan dari korporasi besar. Instrumen dari Intellectual Property Rights, rekayasa genetik dan kontrol teknologi di tangan multinasional berarti hak petani untuk menggunakan pengetahuan tradisional demi kesejahteraan mereka telah dicabut.

Di banyak negara berkembang yang pertaniannya tak terurus, sering terkena pajak dan tidak diproteksi penuh, tak punya kesempatan untuk berkembang. Secara terus menerus telah dirampok oleh persaingan Utara-Selatan dan Selatan-Selatan, kejatuhan harga dan eksodus besar-besaran petani dari pertanian. Setelah sekian lama, para petani mengajukan pertanyaan sederhana. Mengapa kami tidak diberi kewenangan membuat kebijakan demi kebaikan kita sendiri?

Petani yang melarikan diri tak punya tempat tujuan lagi. Industrialisasi tak pernah memberi kesempatan untuk berkembang sebagaimana mestinya, selama tahap awal pembangunan pasca penjajahan. Impian Bandung untuk perbaikan pasca penjajahan tidak berbuah hasil. Sejak 1980-an, pemaksaan kebijakan pemerintah, deregulasi, relokasi dan kepentingan bisnis dari modal bebas telah berkolaborasi untuk menjamin impian indah dari negara terjajah tetap merupakan impian di siang hari.

Ketika dunia bangkit menyadari kepada strategi anti krisis dan penyadaran bahwa seuluruh kehidupan membutuhkan alernatif perubahan jika masih ingin melihat ketahanan jangka panjang dalam soal pangan dan membangun kemanusiaan beberapa tahun ke depan, sangat jelas bahwa strategi tersebut membutuhkan pengembangan di dasar ekonomi petani miskin. Bentuk strategi ini membutuhkan diantaranya:



1. Meningkatkan produksi pangan, ketersediaan dan akses yang didasarkan pada Kedaulatan Pangan.

2. Membalikkan ketidakpedulian kebijakan dari pengembangan ekonomi menuju kedaualatan.

3. Menaikkan harga komoditi pertanian secara bertahap dan wajar, demi pertumbuhan pertanian di area tempat eksodus sedang gencar-gencarnya, untuk menjamin keamanan petani dari krisis.

4. Mempromosikan, melalui paragidma kebijakan dan bantuan dari anggaran negara yang ditujukan pada pertanian termasuk subsidi beberapa pertanian untuk berkembang.

5. Menjamin kontrol masyarakat terhadap pengetahuan dan teknologi di semua bidang, termasuk yang genting di bidang pertanian. Menjamin melalui penelitian dan pengembangan publik, investasi dalam pengetahuan dan teknologi dan perluasan pelayanan untuk ketahanan hingga skala kecil pertanian.

6. Melindungi petani dan pekerja melalui pengurangan pajak (langsung dan tak langsung) dalam pertanian dan menaikkan pajak impor dasar pangan dan barang-barang pertanian lainnya.

7. Menaikkan penawaran dan penanaman modal di ekonomi lokal. Menaikkan tingkat pembelian dari si miskin dan negara-negara LDC dimana kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat segera diketahui.

8. Menaikkan upah dan status pegawai tetap. Garansi untuk bekerja dan mempekerjakan dan upah layak sangat penting untuk memacu pembangunan manusia dan pengembangan yang oto-sentris.

9. Melanjutkan Reforma Agraria, termasuk didalamnya kebijakan lahan, kebijakan publik dan biodiversitas dan pembaruan industrialisasi, khususnya di pedesaan.

10. Perlindungan yang kontinyu – Perlindungan sosial untuk mengganti kerugian sejarah, perlindungan sosial ditawarkan dalam segi hak dan paket yang komprehensif. Diantaranya, sebagai contoh; dana pensiun, transfer tunai, program jaminan pekerja dan pembekalan sosial bagi kelompok yang rapuh.

Setelah kongres API datang, berefleksi, melihat dan mengkonsolidasi sejauh mana perkembangannya, kami berharap Anda dapat membagi strategi dan kesuksesan dengan perjuangan yang juga dilakukan di belahan dunia Selatan. Kesuksesan dan harapan Anda semoga dapat menjadi referensi bagi informasi yang lain.

Dengan doa dan harapan
Dalam solidaritas

Sandeep Chachra

Diposting oleh Aliansi Petani Indonesia Selasa, 07 April 2009

Subscribe here

Dokumentasi